PCNU Boyolali Meminta Agar KBIH NU Arofah Perkuat Kurikulum Layanan Manasik Haji dengan Penuh Inovasi

Boyolali-Visi Arab Saudi 2030 adalah rencana ambisius yang bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi negara, mengurangi ketergantungannya pada minyak, dan mengembangkan sektor publik serta swasta. Kondisi ini berdampak pada semakin ketatnya pelaksanaan layanan ibadah haji yang dibuat semakin modern. Kondisi yang demikian menjadi penting bagi KBIH NU Arofah untuk menyiapkan kurikulum manasik haji menyesuaikan kebijakan pemerintah Arab Saudi dalam memberikan layanan manasik haji dengan pendekatan kekinian dan penuh inovasi. Pesan ini disampaikan oleh Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Boyolali, Miftachul Huda, saat memberikan sambutan pada pembukaan Manasik Haji KBIH NU Arofah Kecamatan Karanggede di Bale Anom Sendang Karanggede, Minggu (12/8).

“Dalam kerangka ambisi besar Saudi Vision 2030, haji dan umrah diposisikan sebagai komponen strategis untuk mengurangi ketergantungan negara pada minyak bumi. Pemerintah Arab Saudi menargetkan peningkatan jumlah jemaah haji dan umroh hingga mencapai 30 juta orang pada tahun 2030. Target ini bukan sekedar angka, melainkan bagian dari upaya sistematis untuk mengembangkan sector pariwisata religi yang berkelanjutan dan memberikan dampak ekonomi yang luas. Untuk itu sambil menunggu revisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaran Ibadah haji dan Umroh yang sedang dibahas di DPR saat ini, maka KBIH NU Arofah harus benar-benar menyiapkan diri dalam memberikan layanan kepada para calon jemaah haji dengan pola kekinian dan penuh inovasi agar jemaah haji siap menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji secara lahir dan batin,” ungkap Huda.

Lebih lanjut mantan Ketua Kloter 92 SOC 2024 ini menyampaikan bahwa layanan KBIH NU Arofah harus mampu mendorong kepada para calon jemaah haji menyiapkan fisik secara baik karena istithaah haji yang merupakan kemampuan fisik dan mental seseorang untuk melaksanakan ibadah haji menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh calon jemaah sebelum mereka melunasi Bipih (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji) yang sudah mulai diterapkan pada tahun 2025 yang lalu. Oleh karena itu materi manasik terkait dengan istithaah haji perlu diperkuat dan dibuat mudah dipahami dan dilaksanakan oleh para calon jemaah haji. Hal ini sejalan dengan rekomendasi Rakernas Evaluasi Haji 2025 yang salah satunya perlu mengimplementasikan kebijakan pembatasan jemaah lansia diatas 70 tahun yang berhak lunas dengan ketentuan memenuhi istithaah kesehatan dan selaras dengan kebijakan Pemerintah Arab Saudi.

“Untuk itu Kami berharap para calon jemaah haji benar benar menjaga kesehatannya dengan cara melakukan gerakan fisik yang sesuai dengan kondisi masing-masing dan menjaga pola makan yang sehat. Materi manasik haji KBIH NU Arofah salah satunya perlu menekankan masalah ini agar calon jemaah haji benar-benar siap secara mental dan fisik,” ungkap Huda.

Huda juga menekankan agar KBIH NU Arofah benar benar menerapkan kurikulum manasik haji secara optimal dan terintegrasi, sehingga calon jemaah haji akan siap menghadapi tantangan terkini dalam menunaikan ibadah haji. Selain itu, Huda juga menekankan agar pola pembayaran dam haji tamattu’ karena mayoritas jemaah haji Indonesia menggunakan manasik tamattu’ yang selama ini dikelola oleh KBIH NU Arofah bekerjasama dengan mukimin yang ada di Arab Saudi harus menyesuaikan sesuai dengan kebijakan Kerajaan Arab Saudi dan Ketentuan Pemerintah sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 437 Tahun 2025. (hd)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *